Minggu, 11 November 2012

Cerpen Ini Alay

“Berat hidupku untuk kau pahami, sayang,”

Masih tergambar jelas di catatan kehidupanku. Saat ku bertemu untuk pertama kali dengannya. Senyum yang selalu dia suguhkan padaku membuatku merasa nyaman akan hidupnya. Kedewasaannya, keramahannya membawa sel sel di hatiku mencinta. Sejenak namun berlanjut, otakku berusaha menangkap sinyal kebahagiaan yang di alirkan dari matanya. Yahh... pertemuan yang terlalu berharga untuk di akhiri. Namun pertemuan adalah sesuatu nyata dari kehidupan . dan hidup adalah pilihan. Dia, kak ari tlah membuat coretan seni tentang cinta yang apa adanya di hidupku.
Namun kini aku harus berpisah sekolah dengan nya. Yah, hari senin tanggal 26-04-2010 kemarin, amplop besar bertintakan kematian itu telah menyita sebagian besar dari perhatiannya untukku. Bagaimana tidak, untuk mendapatkan amplop besar putih itu saja dia harus belajar mati-matian, untuk menjawab soal ujian dengan untung-untungan. Lalu menerima amplop secara gugup-gugupan :D Kasihan kak ari, tidak salah aku menyebut amplop itu adalah amplop bertintakan kematian karena di dalam amplop itulah tertulis sebuah kata yang bertaruhkan kehidupan dan kematian. Mungkin kalian paham, terutama bagi kalian yang pernah melalui peperangan saat ujian nsional dan ujian sekolah.
Kak Ari mungkin bahkan nyata telah merasuk dalam aliran darahku. Membuatku ’demam cinta’ selama berada di dekatnya. Tidak hanya itu kak Ari telah menjadikan kemunafikanku terhadap dunia cinta hilang. Hanya cinta cinta cinta yang selalu dia berikan padaku. Kak ari bukan hanya seorang kekasih terbaik bagiku namun telah menjadi kakak dari seorang adik yang lemah. Yang selalu melindungi dan merawatku, menghapus sedihku dan membalas dengan kebahagiaan.

******

Ya tak habis kata un tuk menggambarkan kepribadian nya dan tak akan pern ah b osa n. Dia terlalu terb aik un tuk di realisasikan den gan bahasa cin ta. Kak Ari sesosok yang selalu mandiri dalam hidupnya. Dan selama kami bercinta dia tak pernah menuntut kesempurnaan dariku. Tidak seperti laki-laki lain yang selalu menginginkan wanita yang sempurna secara fisik, dan itulah yang membuatku betah mencintanya. Kak ari bagi ku bagai seorang malaikat yang di turunkan Tuhan untukku, untuk mengajarkan arti keindahan dalam ketulusan. Ku yakinkan itu...
Dan inilah saat kebahagiaan itu di mulai. Saat kata CINTA terucap darinya. Ketahuilah teman, penuh kesabaran dan perjuangan untuk mendengar kata itu. Kata yah hanya satu kata itu yang ku tunggu selama ini. Kata cinta yang mengakhiri penantian panjangku. Dan cinta itu mungkin dan akan ku dapatkan dari kak ari tidak hanya hari ini, tapi setiap hari dan akan menjadi agenda harian baru ku untuk di cinta dan mencintanya. Dan kini, aku Relia ayu aziya telah resmi menjadi kekasih dari Ariansyah Anshari.

******
 
terus dan terus ku ulangi kalimat dalam sms itu. Kalimat yang selalu kak ari ucapkan saat dulu kami bersama. Terlalu berat untuk di terima sebuah kenyataan pahit bahwa mungkin aku akan jarang mendengar kalimat itu bahkan tidak akan pernah lagi. Kiniku lalui hari tanpa kak ary.
’futsal’lah yang tlah merebutnya dariku. Karena futsal dan futsal, aku bersumpah atas nama harkat martabat kaumku aku nyatakan kebencian ku atas sesuatu yang telah mengambil kebahagianku. Begitulah gejolak kemarahan dalam diriku yang mungkin bagi setiap orang adalah sesuatu yang di luar akal logis. Namun bagiku kebencian adalah sebuah kebencian yang akan selalu teralir dalam raga untuk terus membenci.
Mungkin terlalu bodoh karena aku menyalahkan sesuatu yang tak bisa di salahkan. Bagaiman mungkin aku memerangi sesuatu yang tak berwujud, bahkan tak bernyawa. Tapi entahlah, iblis dalam d iriku t er lalu kua t untuk di ka lahkan. Ya semua berawal dari kecintaan kak ary pada dunia olahraga. Seluruh perhatiannya tersi ta hanya untuk futsal yang ku akui telah lam a dia geluti.

******
   
Begitulah yang selalu dia lakukan , hanya kesibukan yang dia hadirkan untuk hubugan kami. Awalnya aku mencoba tuk mengerti dan selalu mengerti namun lambat laun Kak ary mulai berubah, dia terlalu sering mengutamakan futsalnya dari pada aku. Di sinilah awal dari kekecewaanku padanya. Di saat aku memerlukan kekuatannya untuk kelemahanku dia tak ada, dan begitulah selanjutnya.
Sampai suatu waktu, kesabaranku menghilang. Aku dan kak ary memutuskan untuk mengakhiri kisah cinta kami bersama.

 ******

Inilah hidupku yang sekarang, sedih tapi jiwa mencoba senang. Menangis tapi hati tertawa. Sulit hidupku untuk kau pahami, dengan apa kau harus mengerti, my prience.
Tapi meski kami terpisah jarak dan waktu, kak ary adalah kak ary, Arian syah Anshari AF sang pemilik hati Relia Ayu Aziya. Kak ari akan tetap unggul dalam hatiku dan selalu unggul meski dia pernah mengecewakanku. Kau tahu ken apa, teman? Karena aku mengenalnya lewat hati, menyayanginya dengan perasaan bukan dengan pikiran agar dia tahu aku mencintainya dengan jiwa bukan kata – kata. I loppe u foyeva kak Ary *) terimakasih untukk ’my prience yang tlah menjadi inspirator dalam cerpen ini.  

1 komentar:

Posting Komentar

 

This template was found on Elfrida Chania's Blog